Amat disayangkan, namun ada banyak gereja berasumsi bahwa kedewasaan rohani terjadi secara otomatis, sehingga mereka tidak punya rencana yang nyata untuk menolong anggota jemaat gerejanya bertumbuh dalam Tuhan. Itulah mengapa saya mendorong gereja untuk didorong oleh suatu tujuan, dimana mereka punya suatu rencana, bukan hanya untuk penginjilan, namun juga untuk memimpin anggota jemaatnya masuk dalam level selanjutnya dalam kedewasaan mereka didalam Tuhan.
Itulah juga mengapa kita memakai model intan baseball di gereja Saddleback, sehingga anggotanya, seperti staffnya juga, dengan beberapa cara mudah dapat menghitung kemajuan yang mereka buat dalam perjalanan kehidupan didalam Tuhan.
Saya pikir banyak gereja terlalu takut untuk mengukur kemajuan ini karena mereka memegang satu atau lebih dari enam mitos dibawah ini :
Mitos Tentang Kedewasaan Rohani
Mitos Pertama : Pertumbuhan rohani secara otomatis terjadi begitu anda dilahirkan kembali atau lahir baru
Terbukti banyak gereja percaya mitos ini karena mereka tidak mengorganisasi suatu rencana follow up jemaat baru dan tidak punya strategi yang komprehensif untuk membangun anggotanya menjadi dewasa. Mereka beranggapan bahwa orang Kristen secara otomatis akan bertumbuh menjadi dewasa jika mereka menghadiri ibadah di gereja. Namun kebenarannya adalah suatu pertumbuhan rohani adalah tindakan disengaja. Membutuhkan komitmen untuk bertumbuh. Seseorang harus ingin bertumbuh, memutuskan untuk bertumbuh dan membuat usaha untuk bertumbuh.
Mitos Kedua : Pertumbuhan rohani adalah sesuatu yang mistis dan kedewasaan diraih hanya oleh beberapa orang terpilih
Kebenarannya adalah bahwa pertumbuhan rohani terjadi dalam bentuk latihan. Beberapa orang percaya dapat bertumbuh menjadi dewasa rohani jika dia bersedia terus membangun kebiasaan yang diperlukan untuk pertumbuhan rohani. Paulus seringkali membandingkan latihan bagi kehidupan orang Kristen sebagai cara atlit mempersiapkan diri mereka dan siap dalam fisik mereka. Kita perlu mengeluarkan misteri pertumbuhan rohani dengan cara menguraikan komponen misteri itu kedalam tindakan praktis, kebiasaan keseharian kita.
Mitos Ketiga : Pertumbuhan rohani dapat terjadi secara instant jika anda menemukan kunci yang benar
Banyak orang Kristen baik yang menghabiskan seluruh hidup dengan mencari suatu pengalaman, satu konferensi, suatu kebangunan rohani, suatu buku, atau kebenaran tunggal yang secara instant mentransformasi mereka menjadi orang percaya yang lebih dewasa. Pencarian mereka adalah sia-sia. Kebenarannya adalah bahwa pertumbuhan rohani adalah proses pertumbuhan secara bertahap. Tidak ada jalan pintas untuk menjadi dewasa.
Mitos Keempat : Kedewasaaan rohani diukur dari apa yang anda tahu
Banyak gereja mengevaluasi kedewasaan rohani semata-mata atas dasar seberapa baik anda dapat mengidentifikasi karakter dalam Alkitab, menterjemahkan ayat Alkitab, mengutip ayat Alkitab dan menjelaskan teologi Alkitabiah. Sementara pengetahuan alkitab adalah dasar bagi kedewasaan rohani, bukanlah secara total kedewasaan rohani diukur daripadanya.
Kebenarannya ialah bahwa kedewasaan didemonstrasikan lebih banyak melalui perilaku dibanding melalui kepercayaan. Hidup keKristenan tidak hanya berupa pernyataan kepercayaan dan keyakinan, namun juga termasuk perilaku dan karakter.
Mitos Kelima : Pertumbuhan rohani adalah sesuatu yang individu dan bersifat pribadi
Ini adalah penyimpangan kebenaran buatan Amerika. Idola terhadap individu dalam budaya barat telah mempengaruhi bahkan dalam cara berpikir tentang pertumbuhan rohani. Terlalu banyak pengajaran tentang formasi spiritual bersifat egosentris dan berfokus pada diri tanpa memiliki referensi terhadap relasi kita pada orang Kristen lainnya. Ini benar-benar tidak Alkitabiah dan mengabaikan banyak nilai Perjanjian baru. Kebenarannya adalah bahwa orang Kristen memerlukan hubungan untuk bertumbuh. Kita tidak bertumbuh dalam keadaan terisolasi dengan orang lain. Kita terbangun dalam konteks suatu persekutuan.
Mitos Keenam : Semua yang anda perlukan untuk bertumbuh adalah studi Alkitab
Banyak gereja yang menginjili dibangun di atas mitos ini. Saya menyebutnya gereja "ruang kelas". Kebenarannya ialah bahwa membutuhkan berbagai jenis pengalaman dengan Tuhan untuk menghasilkan kedewsaan rohani yang sesungguhnya. Sebagai tambahan untuk studi Alkitab, dibutuhkan pengalaman penyembahan, pengalaman pelayanan, pengalaman persekutuan dan pengalaman penginjilan.
Dengan kata lain, pertumbuhan rohani terjadi melalui kerjasama seluruh lima makna dari gereja. Orang Kristen yang dewasa melakukan lebih banyak daripada sekedar studi tentang hidup keKristenan - tapi mereka mengalaminya!